Masih Tidak Terlihat

Aku bergerak merangkak di keramaian dari di kesendirian yang menyamankan ini.
Mencari arti kata eksistensi.
Mereka bilang aku bisa mencarinya dikeramaian.

Namun saat aku mencoba menapaki keramaian dan beradaptasi ternyata masih sama.
Hanya aku yang tidak terlihat.
Padahal aku sudah coba menyalakan senterku.
Mencoba menapaki titik yang dianggap keramaian adalah tanda eksistensi. Tapi tetap tidak terlihat.

Yang terlihat hanya mereka yang penjilat ingin menunjukan dirinya pada pusat keramaian.

Bukan. Aku bukan penjilat. Aku tidak akan ikuti.
Pernah sekali aku mencoba memasuki ruang bicara khalayak ramai dan para sang penjilat. Mencoba bertanya pada topik yang mereka juga sedang angkat.
Namun tetap.
Si gelandangan dan lemah ini tidak dianggap.
Tanyaku tidak dijawab.
Aku tidak mendapatkan apa yang aku harapkan, kendatipun aku melakukan hal yang tidak biasa aku lakukan.

Aku tetap tidak terlihat. Mereka tetap tidak melihat aku.
Mereka hanya melihat yg berkerja keras menjilat penguasa keramaian agar dianggap oleh lingkungannya.

Sebentar.

Mungkinkah aku saja yang masih terlalu kecil langkahnya hingga tak terlihat jejaknya?

Dan mereka yang kusebut penjilat keramaian adalah hasil pelangkahan kaki yang nekat yg mereka ambil untuk mencapai satu pencapaian yg bisa diterima oleh khalayak?

Comments

Popular Posts